zonatikus.com – Di tengah hutan belantara Distrik Rajgarh, Madhya Pradesh, India, tersembunyi tiga desa yang menyimpan rahasia gelap. Kadiya, Gulkhedi, dan Hulkhedi, dikenal sebagai tempat beroperasinya “Sekolah Pencuri”, institusi informal yang melatih anak-anak berusia 12 tahun ke atas menjadi penjahat profesional.
Jaideep Prasad, Direktur Jenderal Kepolisian Bidang Hukum dan Ketertiban Madhya Pradesh, mengungkapkan bahwa lebih dari 2.000 penduduk desa-desa tersebut telah mencatatkan sekitar 8.000 catatan kriminal di seluruh India.
“Para pencuri dari wilayah ini sangat terlatih hingga mampu mencuri perhiasan dalam skala besar,” ujarnya.
Sistem pendidikan di “Sekolah Pencuri” ini terbilang mahal. Biaya pendaftaran berkisar antara 2 lakh (sekitar Rp36 juta) hingga 3 lakh (sekitar Rp54 juta). Namun, investasi ini dianggap menguntungkan oleh para orang tua murid. Setelah setahun menjalani pendidikan, mereka bisa menerima keuntungan praktik sekitar 3 lakh hingga 5 lakh (sekitar Rp91 juta).
Kurikulum di sekolah ini mencakup berbagai teknik kriminal. Para siswa diajari trik dan strategi mencopet, menjambret, hingga melarikan diri dari kejaran polisi. Selain itu, mereka juga dilatih untuk berjudi dan menjual minuman keras secara ilegal.
Salah satu kasus fenomenal yang melibatkan lulusan “Sekolah Pencuri” terjadi pada Agustus 2023 di sebuah pernikahan mewah di Hotel Hyatt, Jaipur. Seorang siswa pencuri berhasil mencuri tas berisi perhiasan senilai 1,5 crore (Rp27,4 miliar) dan uang tunai 1 lakh (Rp18 juta).
Saat ini, diperkirakan lebih dari 300 anak atau siswa dari sekolah tersebut telah terlibat dalam pencurian terorganisir di berbagai acara pernikahan di seluruh India. Para siswa senior biasanya melancarkan aksinya pada acara-acara besar.
Pihak kepolisian mengaku menghadapi tantangan besar dalam memberantas aktivitas kriminal ini. Lokasi desa-desa tersebut yang terpencil dan sulit dijangkau, ditambah dengan sikap masyarakat yang cenderung menutup diri dari pihak luar, menjadi hambatan utama dalam upaya penegakan hukum.
Fenomena “Sekolah Pencuri” ini menunjukkan adanya masalah sosial dan ekonomi yang kompleks di wilayah tersebut. Meskipun praktik ini jelas melanggar hukum, keberadaannya mencerminkan keputusasaan masyarakat dalam mencari sumber penghasilan alternatif.